INDONESIA
1000 keanekaragamanmu”
Uniq, asik bahkan menggelitik sekelompok elit
Sedang mereka.. Hidup dalam kekumuhan berteman bakteri, Kotor!!!
Ihh.. Indonesia begini amat??” kata mereka yang tak paham.
Indonesiaku, Indonesiamu
Indonesiaku merah, marah terhadap mereka tangan-tangan yang sedang bermain dengan amanah menjaga dirinya
Ingin menghabisi seperti jagal-jagal berduit yang tak kenal tempat..
Tega mengotori sang Putih Bendera yang suci dengan omong-omong kosong berlandas Hak Asasi!!
INDONESIA!!!!!
Tak habis sedikit peluhku mematahkan impian-impian yang kosong semakin meraja, mereka tenyata ada dimana-mana beridealis atas nama BANGSA..
Padahal yang ada cuma ya BANGSAT-BANGSAT KORUPTOR tercinta yang kelewat dimanja..
TETAP INDONESIAKU
Yang ramah bagi kami yang punya HARAPAN
INDONESIA memiliki pemimpin yang adil
INDONESIA kaya budaya dan bahasa.. Apalagi Sumber Daya Alam
Warnamu tetap Merah-Putih
Yang Marah terhadap ketidak adilannya mereka..
Indonesia Tanah Airku,” dan aku menyanyikan lagu kebangsaan dengan Bangga.
tak perdulli mereka bilang apa
INDONESIAKU tetap nomer SATU dan Aku BANGGA kepadamu..!!
AHh…
INDONESIAKU!!!!
Selasa, 29 November 2011
yang kita mau pada saat ini
untuk Indonesiaku
Aku mau punya bapak yang tidak korupsi
Aku mau punya ibu yang tidak suka menonton sinetron televisi
Aku mau punya teman yang gemar membaca
Aku mau kita semua cinta Indonesia !
indonesia
Dari Sabang sampai Merauke
Dari Kutai sampai Reformasi
Tanah airku tetap harum dan berdikari
Dari gubuk sampai tugu Monas
Dari Mulwarman sampai Susilo
Tanah airku tetap suci dan berdikari
Aku syukuri aku hidup di bumi ini
Tinggal di Ibu Pertiwi yang berharga diri
Bersama Iman dalam perjuangan
Aku syukuri aku besar di jaman ini
Saat bangsaku sudah merdeka
Oleh pengobanan anak-anak negeri yang sejati
Indonesia…… Tanah airku
Aku mengabdi padamu
Dalam semangat pembangunanmu
Indonesia…… Tumpah darahku
Aku berbakti padamu
Dalam perjuangan hari esokmu
Indonesia… Negeriku tercinta
Bangunlah bersama semangatku
Tuk benahi bencana yang lalu
Indonesia…… Bangsaku tercinta
Sucikanlah bersama semangatmu
Tuk bersihkan sampah-sampah korupsi
Yang gerogoti kekayaan alammu
untuk indonesiaku
Dari Sabang sampai Merauke
Dari Kutai sampai Reformasi
Tanah airku tetap harum dan berdikari
Dari gubuk sampai tugu Monas
Dari Mulwarman sampai Susilo
Tanah airku tetap suci dan berdikari
Aku syukuri aku hidup di bumi ini
Tinggal di Ibu Pertiwi yang berharga diri
Bersama Iman dalam perjuangan
Aku syukuri aku besar di jaman ini
Saat bangsaku sudah merdeka
Oleh pengobanan anak-anak negeri yang sejati
Indonesia…… Tanah airku
Aku mengabdi padamu
Dalam semangat pembangunanmu
kampung galam
telur itik di singgora
pandan terletak dilangkahi
darahnya titik di singapura
badannya terhantar di langkawi
lihatlah telapak tanganku, puan
dari pasai, garis-garis itu bersilangan
tak ada ujung yang patah, pada pangkal
ia tersadai
mungkin pinang terbelah itu,
bukan sihir di matamu, bukan pada dendam
mestinya dikutuk, tapi sebagai tun,
merantau adalah janji, seperti pantun
sampiran adalah juga isi
aku pernah datang pada maghrib,
saat suamimu raib, di hujung pasar
sebuah kampung pernah gusar, padahal
tak sampai ke ceruk aku bertamu, tak pula
ke lubuk sampaiku di hatimu
apakah ini cinta, atau gelap mata,
kadang orang tumbang di tengah dendang,
saat orang bilang maling pada pendatang,
kadang, aku bimbang pada tumbang,
saat kau telanjang sambil melenggang
alahmak, aduhai, alangkah,
bahwa murka, adakah ia lupa pada tuhan,
sebab wahai, kezaliman ini milik siapa,
jika tertangkap kita, mari selingkuh,
atau dibunuh
maka aku mati, kerismu menusuk
di hatiku, kelak kau luka jika tak berduka,
tapi suamimu raja singapura, tegak berdoa
bagai tak rela, entah kau si penabur bunga,
entah menangis entah menahan tawa
todak, todak, todak, suara siapakah
yang bergelombang itu, nelayan tak melaut
seribu tahun lalu, maka takutlah sejarah,
pada dayung patah, pada sampan terbang,
ikan-ikan yang tak pandai berenang
tapi si gladius menombak,
menyibak air birahimu, ini jantan atau betina,
pada puncak arus ikan-ikan kecil berdansa,
si tuna atau brakuda, tak penting pada siapa
ia memangsa, makan, makan, makan
lalu itukah hening, yang kau ceritakan
pada anak sungai, sehabis badai, setelah kematian
merebak di mana-mana, padahal itulah asin,
anyir darah dari nyeri, rasa sakit pulau-pulau,
itulah sepi, detak jam yang mati
hang nadim, hang nadim, hang nadim,
lalu anak-anak bangkit, orang tua yang pandai
membunuh, yang tumbuh tak mesti api, tapi sirih
merambat di tiang langit, memanjat bagai semut,
dan tengoklah, tangan tuhan siap menyambut
maka jadilah kami batang pisang,
berbaris di sepanjang tanjung, sepanjang tahun,
atau jadilah kami cumi-cumi, yang menanti janji
di akhir hari, sebilah keris akan kami warisi,
setelah jantung dan lambung kami, terburai
di paruh hiu bertulang sejati
pandan terletak dilangkahi
darahnya titik di singapura
badannya terhantar di langkawi
lihatlah telapak tanganku, puan
dari pasai, garis-garis itu bersilangan
tak ada ujung yang patah, pada pangkal
ia tersadai
mungkin pinang terbelah itu,
bukan sihir di matamu, bukan pada dendam
mestinya dikutuk, tapi sebagai tun,
merantau adalah janji, seperti pantun
sampiran adalah juga isi
aku pernah datang pada maghrib,
saat suamimu raib, di hujung pasar
sebuah kampung pernah gusar, padahal
tak sampai ke ceruk aku bertamu, tak pula
ke lubuk sampaiku di hatimu
apakah ini cinta, atau gelap mata,
kadang orang tumbang di tengah dendang,
saat orang bilang maling pada pendatang,
kadang, aku bimbang pada tumbang,
saat kau telanjang sambil melenggang
alahmak, aduhai, alangkah,
bahwa murka, adakah ia lupa pada tuhan,
sebab wahai, kezaliman ini milik siapa,
jika tertangkap kita, mari selingkuh,
atau dibunuh
maka aku mati, kerismu menusuk
di hatiku, kelak kau luka jika tak berduka,
tapi suamimu raja singapura, tegak berdoa
bagai tak rela, entah kau si penabur bunga,
entah menangis entah menahan tawa
todak, todak, todak, suara siapakah
yang bergelombang itu, nelayan tak melaut
seribu tahun lalu, maka takutlah sejarah,
pada dayung patah, pada sampan terbang,
ikan-ikan yang tak pandai berenang
tapi si gladius menombak,
menyibak air birahimu, ini jantan atau betina,
pada puncak arus ikan-ikan kecil berdansa,
si tuna atau brakuda, tak penting pada siapa
ia memangsa, makan, makan, makan
lalu itukah hening, yang kau ceritakan
pada anak sungai, sehabis badai, setelah kematian
merebak di mana-mana, padahal itulah asin,
anyir darah dari nyeri, rasa sakit pulau-pulau,
itulah sepi, detak jam yang mati
hang nadim, hang nadim, hang nadim,
lalu anak-anak bangkit, orang tua yang pandai
membunuh, yang tumbuh tak mesti api, tapi sirih
merambat di tiang langit, memanjat bagai semut,
dan tengoklah, tangan tuhan siap menyambut
maka jadilah kami batang pisang,
berbaris di sepanjang tanjung, sepanjang tahun,
atau jadilah kami cumi-cumi, yang menanti janji
di akhir hari, sebilah keris akan kami warisi,
setelah jantung dan lambung kami, terburai
di paruh hiu bertulang sejati
pulau hilimun
yang menyerang, saat tubuh datu’ semedi,
dari arah laut,
adalah ribuan ikan bergigi tajam
kau bertanya, apakah sejarah ikan
adalah sejarah perang,
laut tak pernah bertanya
kenapa tubuhnya bergelombang
beginilah ia, mereka,
percakapan dimulai dari rasa haru
memandang biru sebagai gemuruh
dari dasar hitam matamu
apakah kau berdusta,
pada raja todak, atau pada segala
yang bernama air, bahwa samudra
telah pecah,
dan berkawin dengan tanah
maka terpelantinglah aku,
ke lubuk, mungkin rawa yang dulu
kau cintai, bukan teluk yang buruk
oleh musim abu,
jerebu dari api gambut
dan tengoklah,
yang melompat dari dasar laut,
melepas hama di sekujur tubuhmu,
ini anak-anak kandungku, katamu,
tapi siapa yang mengutuk batu
hingga pulau ini tenggelam,
dan kau tangisi saban malam
padahal wahai,
yang seketika timbul ke bumi,
tumbuh dari kesetiaan adalah
sebuah daratan,
inikah harapan itu,
hujan yang seketika jatuh dari
mata langit, juga matamu,
inikah mitos
pengkhianatan itu
dari arah laut,
adalah ribuan ikan bergigi tajam
kau bertanya, apakah sejarah ikan
adalah sejarah perang,
laut tak pernah bertanya
kenapa tubuhnya bergelombang
beginilah ia, mereka,
percakapan dimulai dari rasa haru
memandang biru sebagai gemuruh
dari dasar hitam matamu
apakah kau berdusta,
pada raja todak, atau pada segala
yang bernama air, bahwa samudra
telah pecah,
dan berkawin dengan tanah
maka terpelantinglah aku,
ke lubuk, mungkin rawa yang dulu
kau cintai, bukan teluk yang buruk
oleh musim abu,
jerebu dari api gambut
dan tengoklah,
yang melompat dari dasar laut,
melepas hama di sekujur tubuhmu,
ini anak-anak kandungku, katamu,
tapi siapa yang mengutuk batu
hingga pulau ini tenggelam,
dan kau tangisi saban malam
padahal wahai,
yang seketika timbul ke bumi,
tumbuh dari kesetiaan adalah
sebuah daratan,
inikah harapan itu,
hujan yang seketika jatuh dari
mata langit, juga matamu,
inikah mitos
pengkhianatan itu
lolucon:seorang prajurit berbicara kepada pistolnya
Seorang prajurit berkata pada pistolnya.
”Kita jangan tembak orang lagi, tol.”
Pistol menjawab:
”Mengapa? Bukankah enak melihat mereka meregang nyawa?”
”Ya, tapi saya sudah tak yakin lagi, apa benar orang yang kita tembak itu, bersalah.”
”Mengapa jadi ragu-ragu begitu? Pilihannya dia atau kita!”
”Ya. Tapi, tak tahulah. Aku masih juga tak enak. Seperti diburu-buru.”
”Barangkali kau hanya butuh istirahat.
Barangkali kau telah terlalu banyak menarikku.
Sekarang biarkan aku menarik diriku sendiri.”
”Kita jangan tembak orang lagi, tol.”
Pistol menjawab:
”Mengapa? Bukankah enak melihat mereka meregang nyawa?”
”Ya, tapi saya sudah tak yakin lagi, apa benar orang yang kita tembak itu, bersalah.”
”Mengapa jadi ragu-ragu begitu? Pilihannya dia atau kita!”
”Ya. Tapi, tak tahulah. Aku masih juga tak enak. Seperti diburu-buru.”
”Barangkali kau hanya butuh istirahat.
Barangkali kau telah terlalu banyak menarikku.
Sekarang biarkan aku menarik diriku sendiri.”
seorang anak mencari ibunya
Seorang anak mencari ibunya.
Ibu, kata anak itu, di mana kamu?
Malam berpacu.
Angin dingin.
Kabut bekuasa.
Agak berjauhan,
di balik bilik,
dengan bir di tangan,
anak ibu itu mengangkang:
Mari arungi dunia, bersama dusta.
Satu setan melayang, bersama angin.
Menjatuhkan kabar ke anak itu,
di mana gerangan sang ibu.
Anak itu beringsut.
Hatinya menyala.
Tangannya menggenggam belati.
Ia berjalan.
Ia terus berjalan.
Jalan sepi.
Sepi sendiri, memancing dalam hati.
Lalu, dengan paksa, pintu terbuka:
Wanita dan lelaki bugil itu, di puncak nafsu, mendengus takut.
Meraih selimut.
Anakku…
Ibu…
Anu, ayahmu…
Aku mengerti.
Kalem, kata anak itu,
membenamkan belati, berkali-kali.
***
Ibu, kata anak itu, di mana kamu?
Malam berpacu.
Angin dingin.
Kabut bekuasa.
Agak berjauhan,
di balik bilik,
dengan bir di tangan,
anak ibu itu mengangkang:
Mari arungi dunia, bersama dusta.
Satu setan melayang, bersama angin.
Menjatuhkan kabar ke anak itu,
di mana gerangan sang ibu.
Anak itu beringsut.
Hatinya menyala.
Tangannya menggenggam belati.
Ia berjalan.
Ia terus berjalan.
Jalan sepi.
Sepi sendiri, memancing dalam hati.
Lalu, dengan paksa, pintu terbuka:
Wanita dan lelaki bugil itu, di puncak nafsu, mendengus takut.
Meraih selimut.
Anakku…
Ibu…
Anu, ayahmu…
Aku mengerti.
Kalem, kata anak itu,
membenamkan belati, berkali-kali.
***
mati adalah tempat istirahat yang panjang
Mati adalah istirahat yang panjang
suatu hari entah di mana kita kan mengalami
Seorang lelaki tua datang
janggutnya putih dan abu-abu
matanya tajam menembus kalbu
bibirnya tiada senyum tanpa bicara,
misalnya: sudah siap?
tapi langsung mencabut
macam pencuri mencabut ubi di halaman tetangga
dan kau tak sempat berkata:
tolong…tidak!
bahkan kau tak sempat berpikir akan hal-hal lain
Mati adalah istirahat yang panjang
tiba-tiba kau ada di alam sana
Man Robbuka,
katanya Apa?
Man tetangga saya?
Dia sih telah mati pagi tadi
Tapi tentu itu hanya khayalmu
Sebab lihatlah:
otak mata lidah tangan dan kakimu telah bicara tanpa terduga
Man Robbuka?
Ampun…
Saya tak kenal sebab kaki saya selalu ke kiri
Maka palu jatuh di atas kepala selamanya.
***
suatu hari entah di mana kita kan mengalami
Seorang lelaki tua datang
janggutnya putih dan abu-abu
matanya tajam menembus kalbu
bibirnya tiada senyum tanpa bicara,
misalnya: sudah siap?
tapi langsung mencabut
macam pencuri mencabut ubi di halaman tetangga
dan kau tak sempat berkata:
tolong…tidak!
bahkan kau tak sempat berpikir akan hal-hal lain
Mati adalah istirahat yang panjang
tiba-tiba kau ada di alam sana
Man Robbuka,
katanya Apa?
Man tetangga saya?
Dia sih telah mati pagi tadi
Tapi tentu itu hanya khayalmu
Sebab lihatlah:
otak mata lidah tangan dan kakimu telah bicara tanpa terduga
Man Robbuka?
Ampun…
Saya tak kenal sebab kaki saya selalu ke kiri
Maka palu jatuh di atas kepala selamanya.
***
maaf kan anak mu ibu
Kampung dunia kampung akhirat datang padaku silih berganti
aku ingin memilih salah satunya
maka kudekap dunia
”Dapat!” kataku
tapi ia berkelit menyeringai seperti anjing
Aku jadi takut
ingin kembali
tapi ke mana jalan asalku tadi?
Aku mungkin dari Timur
maka aku ke timur
tapi Timur menjauh
Mungkin kau dari barat
aku pun ke Barat
tapi di sana aku tak lihat apa-apa
hanya gumpalan daging tanpa jiwa
seperti anjing yang mati pagi tadi
Saat itu aku butuh ibu
tapi malu karena dulu pernah berkata:
tak butuh siapa-siapa
”Oh begitu rupanya!”
bisik ibu sambil senyum, sedih
”Tapi aku kan ibumu walau bagaimana kita pernah bersama.”
”Tidak!” kataku
”Mengapa?”
”Dulu mungkin tapi kini aku ingin sendiri mereguk dunia sepuasnya.”
Maka sore itu menjelang malam aku terkapar di trotoar sambil berbisik:
maafkan anakmu, ibu.
***
Maafkan Ayah, yang Tak Dapat Membelikanmu Susu, Anakku
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku kau tahu kan,
kita tak ada uang
Tadi ayah ke tuan Hasan dan tuan Hasan berkata:
uang tak ada
perusahaan rugi melulukalian sih, tiada capai demonstrasi
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku karena barang-barang telah terjualhanya foto ibumu yang sisa
dan bila itu kita jual pula,
ke mana kita memandang,
bila datang sepi?
Dan sepi memang datang malam ini
Maka lihatlah:
seorang lelaki dewasa,
dengan anaknya,
proteslah dengan ke tidak adilan
jutaan orang pergi ke luar negeri, karena negerinya tak bisa memberikan apa yang diharapkannya: pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. jutaan orang indonesia terbang seperti burung merpati patah hati, patah semangatnya akibat ketidakadilan yang terjadi di negerinya, sedangkan di depan mata kita yang kaya makin kaya dengan harta hasil koneksinya, dan yang miskin berputar-putar frustasi di lingkungan serba kekurangan.
jutaan orang setiap 5 tahun sekali dibujuk janji-janji politisi, yang menjanjikan masa depan lebih baik, tapi nyatanya janji itu cuma pepesan kosong, janji bulan madu pemilu selalu bau kebohongan. politisi busuk memamerkan kebusukannya dengan menghamburkan uang negara, dan rakyat miskin dibiarkan mati di dalam lumbung padi.
indonesia yang alamnya kaya raya ini hanya dinikmati segelintir orang di dalam lingkaran kekuasaan, merekalah yang bertanggung jawab atas kematian marsinah, ruyati dan jutaan orang yang tiap hari diperbudak oleh orang asing. harga diri bangsa hanya seharga selembar kertas bernama paspor tanpa kehormatan. penderitaan bangsa budak memang menyakitkan, di abad ke 21 ini ternyata kita masih jadi bangsa kuli yang dihina bangsa asing secara membabi buta.
tak ada gunanya bapak berpidato di depan kongres buruh sedunia, tak ada gunanya tepuk tangan basa basi yang dibangga-banggakan itu, karena bangsa kita masih jadi budak belian yang dijual oleh pemerintahnya sendiri!
hanya rakyat yang kritis dan sadar akan harga dirinya akan melawan semua ketidakadilan yang menindasnya.
amsterdam, 25 juni 2011
jutaan orang setiap 5 tahun sekali dibujuk janji-janji politisi, yang menjanjikan masa depan lebih baik, tapi nyatanya janji itu cuma pepesan kosong, janji bulan madu pemilu selalu bau kebohongan. politisi busuk memamerkan kebusukannya dengan menghamburkan uang negara, dan rakyat miskin dibiarkan mati di dalam lumbung padi.
indonesia yang alamnya kaya raya ini hanya dinikmati segelintir orang di dalam lingkaran kekuasaan, merekalah yang bertanggung jawab atas kematian marsinah, ruyati dan jutaan orang yang tiap hari diperbudak oleh orang asing. harga diri bangsa hanya seharga selembar kertas bernama paspor tanpa kehormatan. penderitaan bangsa budak memang menyakitkan, di abad ke 21 ini ternyata kita masih jadi bangsa kuli yang dihina bangsa asing secara membabi buta.
tak ada gunanya bapak berpidato di depan kongres buruh sedunia, tak ada gunanya tepuk tangan basa basi yang dibangga-banggakan itu, karena bangsa kita masih jadi budak belian yang dijual oleh pemerintahnya sendiri!
hanya rakyat yang kritis dan sadar akan harga dirinya akan melawan semua ketidakadilan yang menindasnya.
amsterdam, 25 juni 2011
uang dan tuhan
koalisi pahala dan rayuan dosa
manusia lupa dipeluk maksiat
dalam doa doa yang tak berniat
cuma sekedar pameran morailitas?
berlombalah membeli status suci
lupakan saja setan gentayangan
yang dipercaya adalah uang semata
kekuasaan pun mencetak kerakusan
pidato demi pidato bersaut-sautan
semua berjanji atas nama rakyat
hasilnya hanya pepesan kosong
faktanya duitlah yang jadi tuhan!
manusia lupa dipeluk maksiat
dalam doa doa yang tak berniat
cuma sekedar pameran morailitas?
berlombalah membeli status suci
lupakan saja setan gentayangan
yang dipercaya adalah uang semata
kekuasaan pun mencetak kerakusan
pidato demi pidato bersaut-sautan
semua berjanji atas nama rakyat
hasilnya hanya pepesan kosong
faktanya duitlah yang jadi tuhan!
bersama para TKW
Aku memandang wajah-wajah saudaraku
dengan mata berembun
berbaris ke negeri orang
ke negeri para majikan.
Apakah yang mereka renungkan?
Wajah para tuan yang memungkinkan mereka naik
pesawat terbang
memperkenalkan peradaban dunia, musim dan bendera
berbeda.
Atau mereka bayangkan
tanah air hamparan negeri dengan berbagai sebutan
dan lagu-lagu yang ditanam guru-guru sekolah ke
dalam batin
Juga potret-potret pahlawan yang mengabur
dan kini digantikan orang-orang berbaju safari
dan pakaian seragam
yang begitu sering mondar-mandir di jalanan nasib
mereka.
Begitu royal para petinggi itu
menghibahkan berbagai perintah, pungutan dan
larangan
hingga tiba-tiba semua orang menjadi akrab
dengan berbagai macam kehilangan
Dari atas pesawat,
kupandangi hamparan tanah air hijau dan lapang,
namun begitu sempit hingga mereka tak mampu
bahkan untuk sekedar menarik nafas dan membangun
kehidupan.
Ketika waktu makan tiba
kulihat begitu lahap mereka santap sajian di
pesawat:
Ikan tuna saus mentega,
nasi gurih panas,
kue coklat krim buah,
segelas sari jeruk.
Seperti hidangan raja-raja,
mungkin begitu batin mereka.
Dan kini kulihat mereka sepenuhnya
siap menjadi sahaya di mana saja di dunia.
dengan mata berembun
berbaris ke negeri orang
ke negeri para majikan.
Apakah yang mereka renungkan?
Wajah para tuan yang memungkinkan mereka naik
pesawat terbang
memperkenalkan peradaban dunia, musim dan bendera
berbeda.
Atau mereka bayangkan
tanah air hamparan negeri dengan berbagai sebutan
dan lagu-lagu yang ditanam guru-guru sekolah ke
dalam batin
Juga potret-potret pahlawan yang mengabur
dan kini digantikan orang-orang berbaju safari
dan pakaian seragam
yang begitu sering mondar-mandir di jalanan nasib
mereka.
Begitu royal para petinggi itu
menghibahkan berbagai perintah, pungutan dan
larangan
hingga tiba-tiba semua orang menjadi akrab
dengan berbagai macam kehilangan
Dari atas pesawat,
kupandangi hamparan tanah air hijau dan lapang,
namun begitu sempit hingga mereka tak mampu
bahkan untuk sekedar menarik nafas dan membangun
kehidupan.
Ketika waktu makan tiba
kulihat begitu lahap mereka santap sajian di
pesawat:
Ikan tuna saus mentega,
nasi gurih panas,
kue coklat krim buah,
segelas sari jeruk.
Seperti hidangan raja-raja,
mungkin begitu batin mereka.
Dan kini kulihat mereka sepenuhnya
siap menjadi sahaya di mana saja di dunia.
disebuah restoran indonesia
Berilah kami sepiring makanan, dengan menu bergizi.
Maafkan kami.
Sudah lama restoran kami tidak menyediakan lagi nasi, apalagi lauk pauk.
Lalu apa yang bisa kami pesan?
Oh, Anda bisa memesan semangkuk isu politik, misalnya.
Persediaan kami lengkap:
isu-isu dingin maupun isu panas.
Berilah kami sepiring nasi dengan lauk pauk seadanya.
Maafkan kami, jangan memesan yang aneh-aneh.
Semua itu barang mewah.
Ingat ini jaman krisis dan reformasi.
Cobalah memesan yang lebih murah:
anarkhisme atau partai politik.
Di sini tersedia berbagai jenis partai
dari yang lunak hingga yang keras.
Kami juga sedia partai atau politisi instan.
Murah dan meriah.
Bisa dibungkus dan dibuka beramai-ramai di dalam rumah.
Sebagai pembuka kami sajikan segelas
anggur reformasi: segar dan penuh semangat.
Kalian bisa berbicara dan mengutuk keadaan sekeras-kerasnya.
Nah, selamat jalan.
Semoga Anda jadi pahlawan.
Maafkan kami.
Sudah lama restoran kami tidak menyediakan lagi nasi, apalagi lauk pauk.
Lalu apa yang bisa kami pesan?
Oh, Anda bisa memesan semangkuk isu politik, misalnya.
Persediaan kami lengkap:
isu-isu dingin maupun isu panas.
Berilah kami sepiring nasi dengan lauk pauk seadanya.
Maafkan kami, jangan memesan yang aneh-aneh.
Semua itu barang mewah.
Ingat ini jaman krisis dan reformasi.
Cobalah memesan yang lebih murah:
anarkhisme atau partai politik.
Di sini tersedia berbagai jenis partai
dari yang lunak hingga yang keras.
Kami juga sedia partai atau politisi instan.
Murah dan meriah.
Bisa dibungkus dan dibuka beramai-ramai di dalam rumah.
Sebagai pembuka kami sajikan segelas
anggur reformasi: segar dan penuh semangat.
Kalian bisa berbicara dan mengutuk keadaan sekeras-kerasnya.
Nah, selamat jalan.
Semoga Anda jadi pahlawan.
Di Apartemen Erick
Di apartemen tingkat sepuluh,
di pinggiran Utrecht bintang-bintang tak kelihatan.
Tapi lampu-lampu kota berkedipan bagai kunang di jauhan.
Di luar badai salju dan angin kencang.
Kami lepas mantel dan hati yang tegang.
Erick, Inggrid, Nenden, Karen dan Medelin saling berpandangan,
menghirup teh panas
membuka buku puisi dan memetik gitar.
Kami nyanyikan lagu-lagu lama.
Nyiur hijau di tepian pantai yang jauh, desaku
wahai desaku yang kucinta tanah air beta.
Sambil mengusap airmata, seperti mengusap luka
dan sakit yang purba,
Medelin melenguh diam-diam
Sudah berlayar jauh kemari
ooh jauh kemari, tanah Ambon
wahai tanah Ambon selalu saja berdebur dalam ingatan.
Tapi malam telah kelewat dalam.
Di bawah badai salju kami berarak menuju halte sambil berseru
Que sera-sera, apa yang bakal terjadi biar terjadi
Kamipun faham akhirnya.
Tanah air abadi selalu serupa mimpi.
Negeri-negeri yang dicintai,
kenangan-kenangan lama yang enggan mati.
Di dalam kereta kami biasakan diri
menjalani patah hati ini
di pinggiran Utrecht bintang-bintang tak kelihatan.
Tapi lampu-lampu kota berkedipan bagai kunang di jauhan.
Di luar badai salju dan angin kencang.
Kami lepas mantel dan hati yang tegang.
Erick, Inggrid, Nenden, Karen dan Medelin saling berpandangan,
menghirup teh panas
membuka buku puisi dan memetik gitar.
Kami nyanyikan lagu-lagu lama.
Nyiur hijau di tepian pantai yang jauh, desaku
wahai desaku yang kucinta tanah air beta.
Sambil mengusap airmata, seperti mengusap luka
dan sakit yang purba,
Medelin melenguh diam-diam
Sudah berlayar jauh kemari
ooh jauh kemari, tanah Ambon
wahai tanah Ambon selalu saja berdebur dalam ingatan.
Tapi malam telah kelewat dalam.
Di bawah badai salju kami berarak menuju halte sambil berseru
Que sera-sera, apa yang bakal terjadi biar terjadi
Kamipun faham akhirnya.
Tanah air abadi selalu serupa mimpi.
Negeri-negeri yang dicintai,
kenangan-kenangan lama yang enggan mati.
Di dalam kereta kami biasakan diri
menjalani patah hati ini
demokrasi dunia ke 3
Kalian harus demokratis. Baik, tapi jauhkan
tinju yang kau kepalkan itu dari pelipisku
bukankah engkau… Tutup mulut! Soal tinjuku
mau kukepalkan, kusimpan di saku
atau kutonjokkan ke hidungmu,
tentu sepenuhnya terserah padaku.
Pokoknya kamu harus demokratis. Lagi pula
kita tidak sedang bicara soal aku, tapi soal kamu
yaitu kamu harus demokratis!
Tentu saja saya setuju, bukankah selama ini
saya telah mencoba… Sudahlah! Kami tak mau dengar
apa alasanmu. Tak perlu berkilah
dan buang waktu. Aku perintahkan kamu
untuk demokratis, habis perkara! Ingat
gerombolan demokrasi yang kami galang
akan melindasmu habis. Jadi jangan macam-macam
Yang penting kamu harus demokratis.
Awas kalau tidak!
air mata hujan
Jangan bidikkan aku, ronta Bedil sambil menggigil. Diam!
Bentak tangan. Aku harus meledakkan anak-anak itu.
Tapi mereka masih belia ! Lihatlah senyumnya yang muda
dan mereka tidak meminta lain selain kesejahteraanmu juga.
Bukankah engkau sering mengumpati gaji yang tak cukup
nafas hidup yang sempit, hingga harus berderap kian kemari
mengutip sesuap nasi
Jangan bidikkan aku, raung Bedil. Diam ! Ini bukan persoalan
bukan persoalan pribadi, hardik Tangan. Ini masalah politik.
Satu dua nyawa
sebagai taktik. Tapi ini bukan soal angka,
bukan soal satu dua
tapi soal ibu meratap kehilangan, soal dimusnahkannya
satu kehidupan
soal masa depan manusia yang dibekam. Soal hal……
Tutup mulutmu barang dinas ! Kamu hanya alat
dan jangan berpendapat. Itu urusan politisi di majelis sana
Tapi mereka hanya bahagia ! Sergah Bedil.
Mereka
tak pernah peduli padamu, pada mereka, pada yang miskin
dan teraniaya. Mereka tak mengurusi siapa-siapa selain
dirinya. Dor !
Bedil itu tersentak. Jangan …… Dor….dor…..dor….
dor……. Selesai sudah
gumam tangan. Bukankah ini sudah berlebihan, isak Bedil.
Entahlah, gumam Tangan, aku tak tahu. Aku penat.
Aku hanya ingin istirahat. Semoga istri dan anak-anakku
di rumah sana semuanya selamat.
Bedil itu menjelma hujan. Tak putus-putusnya
mencurahkan airmata.
Bentak tangan. Aku harus meledakkan anak-anak itu.
Tapi mereka masih belia ! Lihatlah senyumnya yang muda
dan mereka tidak meminta lain selain kesejahteraanmu juga.
Bukankah engkau sering mengumpati gaji yang tak cukup
nafas hidup yang sempit, hingga harus berderap kian kemari
mengutip sesuap nasi
Jangan bidikkan aku, raung Bedil. Diam ! Ini bukan persoalan
bukan persoalan pribadi, hardik Tangan. Ini masalah politik.
Satu dua nyawa
sebagai taktik. Tapi ini bukan soal angka,
bukan soal satu dua
tapi soal ibu meratap kehilangan, soal dimusnahkannya
satu kehidupan
soal masa depan manusia yang dibekam. Soal hal……
Tutup mulutmu barang dinas ! Kamu hanya alat
dan jangan berpendapat. Itu urusan politisi di majelis sana
Tapi mereka hanya bahagia ! Sergah Bedil.
Mereka
tak pernah peduli padamu, pada mereka, pada yang miskin
dan teraniaya. Mereka tak mengurusi siapa-siapa selain
dirinya. Dor !
Bedil itu tersentak. Jangan …… Dor….dor…..dor….
dor……. Selesai sudah
gumam tangan. Bukankah ini sudah berlebihan, isak Bedil.
Entahlah, gumam Tangan, aku tak tahu. Aku penat.
Aku hanya ingin istirahat. Semoga istri dan anak-anakku
di rumah sana semuanya selamat.
Bedil itu menjelma hujan. Tak putus-putusnya
mencurahkan airmata.
di jembatan mirabeu
Di bawah jembatan Mirabeu,
mengalir cinta Appolonaire juga cemasku.
Kupandangi langit biru
dan terbayang kembali jembatan merah.
Siapa yang mengecatnya dengan warna darah?
Kuteliti pasporku, jejak-jejak gawat
dan kusam tertera di sana,
jejak negeri kerinduan
serupa bimbang dan rindu dendam
luka-luka yang terus dibikin dan dipendam.
Di bawah jembatan Mirabeau, melaju sungai Seini
juga Bengawan Solo di batinku yang rusuh
penuh mayat yang terapung dan mengalir
sampai jauh, bersama darah
yang tak putus-putus tumpah di banyak tempat dan peristiwa.
Amisnya tercium sampai kemari.
1999
mengalir cinta Appolonaire juga cemasku.
Kupandangi langit biru
dan terbayang kembali jembatan merah.
Siapa yang mengecatnya dengan warna darah?
Kuteliti pasporku, jejak-jejak gawat
dan kusam tertera di sana,
jejak negeri kerinduan
serupa bimbang dan rindu dendam
luka-luka yang terus dibikin dan dipendam.
Di bawah jembatan Mirabeau, melaju sungai Seini
juga Bengawan Solo di batinku yang rusuh
penuh mayat yang terapung dan mengalir
sampai jauh, bersama darah
yang tak putus-putus tumpah di banyak tempat dan peristiwa.
Amisnya tercium sampai kemari.
1999
puisi buat embak inem
…Malam di Jalan Lengang
gerimis menuntun malam di jalan lengang
butir-butir air perlahan menetes dari ujung daun jati
bening
sunyi
siapa bisa menahan sayat gelombang
semua kisah selalu menyisakan sayatan panjang
teramat panjang
sesampai perhentian
segala usai menitipkan pesan
kepada rumput-rumput basah
di atas tanah basah
: bahwa ia adalah kesaksian akan ketabahan
begitu keranda berlayar menuju keabadian
angin lembut mendesir sampai ubun
kita jadi terperangah
atas hening yang menyayat itu
gerimis menuntun malam di jalan lengang
butir-butir air perlahan menetes dari ujung daun jati
bening
sunyi
siapa bisa menahan sayat gelombang
semua kisah selalu menyisakan sayatan panjang
teramat panjang
sesampai perhentian
segala usai menitipkan pesan
kepada rumput-rumput basah
di atas tanah basah
: bahwa ia adalah kesaksian akan ketabahan
begitu keranda berlayar menuju keabadian
angin lembut mendesir sampai ubun
kita jadi terperangah
atas hening yang menyayat itu
utopia bunga2
setelah lama kau sembunyikan luka
di bening mata anak-anak
bersama kita akan menulis
mimpi esok hari
setangkai bunga pagi
kepakan sayap kupu-kupu
adalah taman firdaus
yang mungkin pernah kita jaga
:generasi akan lahir kembali
dalam pikat zaman
di langit senja kita
mungkin ada yang hendak melukis
sehelai sejarah
bersama bintang-bintang
bercahaya pudar.
di bening mata anak-anak
bersama kita akan menulis
mimpi esok hari
setangkai bunga pagi
kepakan sayap kupu-kupu
adalah taman firdaus
yang mungkin pernah kita jaga
:generasi akan lahir kembali
dalam pikat zaman
di langit senja kita
mungkin ada yang hendak melukis
sehelai sejarah
bersama bintang-bintang
bercahaya pudar.
potret
Anak-anak berlari-lari, lalu
Bernyanyi, ”Ambilkan bintang, Bu!”, setelah itu
Berkata, ”Pak, ’bu, minta uangnya”.
Semua terdiam tak memperhatikan
”Lapar, belum makan”, wajah memelas
100, 200, 500 dan 1000 rupiah
Senyumlah sang anak, ia pergi
Berlari bernyanyi kembali
Potret bangsa sore ini.
Bernyanyi, ”Ambilkan bintang, Bu!”, setelah itu
Berkata, ”Pak, ’bu, minta uangnya”.
Semua terdiam tak memperhatikan
”Lapar, belum makan”, wajah memelas
100, 200, 500 dan 1000 rupiah
Senyumlah sang anak, ia pergi
Berlari bernyanyi kembali
Potret bangsa sore ini.
kucari uang
Kucuri uang ini saat perut amat lapar
Belikan nasi, kumakan, tapi tetap terasa lapar
Lalu, kucuri lagi
Kumakan lagi
Tapi tetap terasa lapar
Begitu seterusnya hingga terkapar
Aku sadar tanpa khayal
Hidup ini penuh rasa lapar
Lapar uang, kekuasaan, wanita dan sebagainya
Aku berbisik kepada malaikat
Ssssstt….sssssttttt
Jangan bilang siapa-siapa
Ini percakapan rahasia dengan Tuhan.
meretas di luar batas
Aku mau berdiri
Berlari
Mengejar matahari
Rumput-rumput terdiam
Melihat keheningan alam
Ada manusia kecil lahir dengan tangis
Ada manusia besar melihat dengan binar
ia pun bertanya
Untuk apa ia dicipta?
Ku ingin tegar
Bahwa hidup kita
Akan kembali seperti ada
Berakhir dengan tangis
Atau bersudah dengan cahaya
Meretas di atas batas…
Berlari
Mengejar matahari
Rumput-rumput terdiam
Melihat keheningan alam
Ada manusia kecil lahir dengan tangis
Ada manusia besar melihat dengan binar
ia pun bertanya
Untuk apa ia dicipta?
Ku ingin tegar
Bahwa hidup kita
Akan kembali seperti ada
Berakhir dengan tangis
Atau bersudah dengan cahaya
Meretas di atas batas…
lelah
Hanya angin tertiup hempaskan gelisah
Kurindu hangat alam di puncak Rinjani
Pasrah
Menyerahlah setiap yang ingin kalah
Tapi aku?
Ingin kembali mencium lembut Dewi Anjani
Dan aku tidak akan menyerah
Walau lelah menghampiri sudah.
***
Malam Rabiul Awal
Kuingin
Malam-malam bersua denganmu
Kala hujan turun
Membasah kalbu
Ia sempurna
Tapi bukan dewa
Bukan juga Pencipta
Ia manusia seperti kita
Kuingin
Malam-malam bersua denganmu
Kala hujan turun
Membasah kalbu.
Kurindu hangat alam di puncak Rinjani
Pasrah
Menyerahlah setiap yang ingin kalah
Tapi aku?
Ingin kembali mencium lembut Dewi Anjani
Dan aku tidak akan menyerah
Walau lelah menghampiri sudah.
***
Malam Rabiul Awal
Kuingin
Malam-malam bersua denganmu
Kala hujan turun
Membasah kalbu
Ia sempurna
Tapi bukan dewa
Bukan juga Pencipta
Ia manusia seperti kita
Kuingin
Malam-malam bersua denganmu
Kala hujan turun
Membasah kalbu.
jerit sendal jepit
Di celah-celah sudut sempit terhimpit
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia
ia kembali bersujud
Jiwa terasing dalam dunia bising
Diinjak, remak, permak
Lalu kiamat
Ia tamat
Lalu, ia kembali bersujud
Di celah-celah sudut sempit terhimpit
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia.
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia
ia kembali bersujud
Jiwa terasing dalam dunia bising
Diinjak, remak, permak
Lalu kiamat
Ia tamat
Lalu, ia kembali bersujud
Di celah-celah sudut sempit terhimpit
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia.
kenangan
aku tak akan menghapus sebiji kenangan pun
yang pernah kau tinggalkan di belukar tubuh
aku ingin menjadi batu, yang kelak dibaca
anak cucu – kelak, kau ia sempat dilahirkan
jejakmu menikam jantungku
kusimpan rapat sebagai ziarah kelam
pulang ke laut sendiri
di mana garam tak lagi asin
-di curi nelayan yang rindu pulau
tempat segala yang baru mengintai
di setiap subuh; tidur yang tak lelap
mimpi yang tak selesai
serupa kau yang meninggalkan
sebiji kenangan di tubuhku
tak akan kuhapus sampai seluruh
gigiku tanggal, sisanya kujadikan
tasbih bagi seluruh nama-nama
yang pernah kau tinggalkan di belukar tubuh
aku ingin menjadi batu, yang kelak dibaca
anak cucu – kelak, kau ia sempat dilahirkan
jejakmu menikam jantungku
kusimpan rapat sebagai ziarah kelam
pulang ke laut sendiri
di mana garam tak lagi asin
-di curi nelayan yang rindu pulau
tempat segala yang baru mengintai
di setiap subuh; tidur yang tak lelap
mimpi yang tak selesai
serupa kau yang meninggalkan
sebiji kenangan di tubuhku
tak akan kuhapus sampai seluruh
gigiku tanggal, sisanya kujadikan
tasbih bagi seluruh nama-nama
pelabuhan
Pelabuhan pada Stasiun
-kepada wida
kita adalah stasiun
di mana keberangkatan
dan kepulangan
begitu saja mengatur
jadwal lewat
sakit dan ngilu
diri
sepertimu,
aku ingin melepas pintu
agar tubuh ini
menjadi tempat paling aman
keluar masuk siapa saja
yang biasa dengan
luka
Poetika, 260706
Menanam Mawar
aku menanam mawar
di dadaku
agar sesuatu di lehermu
menggeliat dan hinggap
pada tangkainya
aku hanya lupa
dulu ia hanya sseekor
ulat kecil yang kini
menjelma kupukupu
bersayap indah
masihkah mawarku
tempat bersinggah yang nyaman
bagi kepak kupukupumu?
-kepada wida
kita adalah stasiun
di mana keberangkatan
dan kepulangan
begitu saja mengatur
jadwal lewat
sakit dan ngilu
diri
sepertimu,
aku ingin melepas pintu
agar tubuh ini
menjadi tempat paling aman
keluar masuk siapa saja
yang biasa dengan
luka
Poetika, 260706
Menanam Mawar
aku menanam mawar
di dadaku
agar sesuatu di lehermu
menggeliat dan hinggap
pada tangkainya
aku hanya lupa
dulu ia hanya sseekor
ulat kecil yang kini
menjelma kupukupu
bersayap indah
masihkah mawarku
tempat bersinggah yang nyaman
bagi kepak kupukupumu?
diam
Dian
sekali saja, nyalalah di sudut pengapku
bakarlah risau, usir segala galau
tak ada yang tersembunyi dari hidup dan kematian
bersamamu melulu kutemukan siang yang panjang
dan malam tanpa bintang
tubuh ini serupa mayat
yang diusung diam-diam
tersampir di sudut paling sembunyi
dan kau yang menuntunku
belajar rindu dan ketakutan
dari mana harus kumulai
jika hidup melulu kecurangan kekalahan
tinggal sedikit lagi
kau akan padam oleh desah nafasku
di sisa kantuk
besok, tak ada nyala
maka, bakarlah risau, usir segala galau
kupu2
Kupu-kupu di Kamarku
Kupu-kupu istirah di kamarku
tidakkkah ia bertanda
suka dan dukacita
tentang kedatangan dan keberangkatan
sedang diantara keduannya
betapa jarak begitu tipisnya
Kupu-kupu istirah di kamarku
tidakkkah ia bertanda
suka dan dukacita
tentang kedatangan dan keberangkatan
sedang diantara keduannya
betapa jarak begitu tipisnya
jika
Jika hidup hanya melayari
kesakitan demi kesakitan
adakah sungguhsungguh
apa yang dijanjikan kitabkitab
tentang indah dan bahagia?
Jika tak ada
tempat buat lari dari ketakutan
lalu kau dimana tuha
kesakitan demi kesakitan
adakah sungguhsungguh
apa yang dijanjikan kitabkitab
tentang indah dan bahagia?
Jika tak ada
tempat buat lari dari ketakutan
lalu kau dimana tuha
mitos par1
mitos satu:
indrapura, melayu champa
yang tumbang, saat ia menyerang
dari arah laut
adalah betismu, puteri dai viet
yang tengah rekah meminum embun
dari langit champa
adalah bibirmu, mengucap-ucap
daulat rajaku, daulat tuhanku
bahwa pedang pipih (yang kelak menancap)
pada rahim pantaimu
pada ruas arus di dadamu
darahnya akan jadi sejarah
yang terus berlayar
mengaji sungai merah
mengurai marwah
maka sebagai penunggu laut
aku kenali dikau
lewat isyarat warna langit
seperti warna punggungmu
yang keperakan
berkejaran bagai kaki hujan
di permukaan gelombang
tapi di kedalaman sempadan
pada rahang panjang
ikan-ikan berkulit licin
kutemukan sebutir pasir
berwarna lumut
seperti warna matamu
yang kerap sembab
di lembab batu
didekap rindu
tapi bukankah hanya karena sisik
maka kita dapat saling bertemu
dalam sangkar emas
di kota-kota mati
dari majapahit ke vietnam
(ketakutan itu, katamu
dapat membunuh ingatan
tentang rasa cemburu
melukai keyakinan
iman para pemburu)
lalu apa yang kau tulis
di atas ranjang raja jaya
saat aku kini nakhoda buta
hendak jadi jatnaka
atau hang tuah yang setia
apakah syair cinta itu
yang menggoda malaka
untuk mencium indrapura
tapi aku orang cham
orang cham yang pelupa
bahwa di tahun seribu itu
kau menyerang dari laut
sambil berteriak
todak, todak, todak
(apa yang kau rampas
adalah bendera putih
dari sobekan kelambu
ranjang kayu masa lalu
adalah sakit hati
atas kekuasaan waktu
yang hendak kau pinang
yang hendak kau timang)
tapi bukankah berkali-kali
kita menjauh dari remang
berkali-kali pula jatuh
sebelum terbang
indrapura, melayu champa
yang tumbang, saat ia menyerang
dari arah laut
adalah betismu, puteri dai viet
yang tengah rekah meminum embun
dari langit champa
adalah bibirmu, mengucap-ucap
daulat rajaku, daulat tuhanku
bahwa pedang pipih (yang kelak menancap)
pada rahim pantaimu
pada ruas arus di dadamu
darahnya akan jadi sejarah
yang terus berlayar
mengaji sungai merah
mengurai marwah
maka sebagai penunggu laut
aku kenali dikau
lewat isyarat warna langit
seperti warna punggungmu
yang keperakan
berkejaran bagai kaki hujan
di permukaan gelombang
tapi di kedalaman sempadan
pada rahang panjang
ikan-ikan berkulit licin
kutemukan sebutir pasir
berwarna lumut
seperti warna matamu
yang kerap sembab
di lembab batu
didekap rindu
tapi bukankah hanya karena sisik
maka kita dapat saling bertemu
dalam sangkar emas
di kota-kota mati
dari majapahit ke vietnam
(ketakutan itu, katamu
dapat membunuh ingatan
tentang rasa cemburu
melukai keyakinan
iman para pemburu)
lalu apa yang kau tulis
di atas ranjang raja jaya
saat aku kini nakhoda buta
hendak jadi jatnaka
atau hang tuah yang setia
apakah syair cinta itu
yang menggoda malaka
untuk mencium indrapura
tapi aku orang cham
orang cham yang pelupa
bahwa di tahun seribu itu
kau menyerang dari laut
sambil berteriak
todak, todak, todak
(apa yang kau rampas
adalah bendera putih
dari sobekan kelambu
ranjang kayu masa lalu
adalah sakit hati
atas kekuasaan waktu
yang hendak kau pinang
yang hendak kau timang)
tapi bukankah berkali-kali
kita menjauh dari remang
berkali-kali pula jatuh
sebelum terbang
hati yang tersakita
Salahkah Aku bila terlalu mencintaimu?
hingga hati ini rasanya tak mampu melupakanmu
Mungkin di matamu aku tak pantas untukmu
hingga kau berpaling meninggalkanku
Semua tinggal kenangan yang tak terlupa
mengakhiri kisah cinta kita
DIrimu di hatiku sudah terlalu lama
membuatku meneteskan air mata
tiada yang dapat menggantikanmu
bagai benih – benih cinta yang telah layu
Sepertinya aku harus merelakan kepergianmu
Walau aku masih mencintai dirimu
Andai waktu dapat berputar kembali
inginku peluk dirimu tuk terakhir kali
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/11/hati-yang-tersakiti.html#ixzz1f6QXQ0OS
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
hingga hati ini rasanya tak mampu melupakanmu
Mungkin di matamu aku tak pantas untukmu
hingga kau berpaling meninggalkanku
Semua tinggal kenangan yang tak terlupa
mengakhiri kisah cinta kita
DIrimu di hatiku sudah terlalu lama
membuatku meneteskan air mata
tiada yang dapat menggantikanmu
bagai benih – benih cinta yang telah layu
Sepertinya aku harus merelakan kepergianmu
Walau aku masih mencintai dirimu
Andai waktu dapat berputar kembali
inginku peluk dirimu tuk terakhir kali
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/11/hati-yang-tersakiti.html#ixzz1f6QXQ0OS
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
bayangan
…..bersama bulan aku menunggumu,
menantikanmu datang dimalam yang sll aku rindukan.
entah berapa lama aku menantikanmu datang
aku tak tau…..
tapi kau tak pernah datang kesini
…menemuiku dan berbicara banyak hal terhadapku
kau tau…banyak hal yang aku rindukan darimu..
kau tau…banyak hal yang aku rindukan darimu..
dan aku lelah menunggumu
disini,bersama bulan yang semakin lama semakin bosan
aku lelah,pikiranku tak bergerak
dan aku jatuh dari bulan
jatuh menghempas ke bumi…
mencium tanah kemudian sepi aku sendiri
apa aku terluka?
bahkan aku tak bisa merasakannya..
apakah sia2?.aku sendiri ingin bertanya..
tapi pada siapa…
karena kau tak pernah datang
tak pernah ada
tak pernah..tak pernah lagi..
tak pernah..tak pernah lagi..
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/11/tak-pernah.html#ixzz1f6PFCTYv
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
bebas
q ingin bebes seperti burung elang terbang ke angkasa
sekarang yang kurasakan seperti dikurung di jeruji bambu
siapa yang bisah membuat hati ku senang hanya di balik sebuah kenyataan:
yaitu mimpi .....
sekarang yang kurasakan seperti dikurung di jeruji bambu
siapa yang bisah membuat hati ku senang hanya di balik sebuah kenyataan:
yaitu mimpi .....
tak pernah
Air mataku ini takan kering hingga mata trtutup dlm kgelapan.. Jiwaku ini akn trus melangkah hingga terbaring trbungkus kain kafan.. asa2ku akn terus ada hingga asa trbang lenyap brsma wktu yg trhenti.. Berlari mengejar bayang semu trtatih tuk brdiri,, Berteriak di ksunyian terasa tak brsuara tiada yg dengar.” Apa yg ku cari dari khidupan ini.. apa yg ku harapkan dari indahnya dunia.. yg nyatanya dunia ini akn musnah.. Apa arti jiwa yg tiada guna ini hanya untk ksenangan sesaat.. Termenung diantara ksedihan, hanya ksakitan di hati menggeroti jiwa pnuh luka.. Oh,dunia buaianmu membuat hati ini lupa siapa penciptamu dan khdupanku. Wahai bumi sampaikan k'inginanku, janganlah kau telan jiwaku hingga aku membuat jiwa ini pnuh kbaikan. Sempitnya khdupan ini trasa luas krna aku lalai dlm kbesaran sang pencipta. Ya illahi.. diantara kuasa-Mu yg trlihat dlm pandangan dan rasa ini, ku senandungkan rindu kpda-Mu di stiap hembusan nafasku
pengharapan
Air mataku ini takan kering hingga mata trtutup dlm kgelapan.. Jiwaku ini akn trus melangkah hingga terbaring trbungkus kain kafan.. asa2ku akn terus ada hingga asa trbang lenyap brsma wktu yg trhenti.. Berlari mengejar bayang semu trtatih tuk brdiri,, Berteriak di ksunyian terasa tak brsuara tiada yg dengar.” Apa yg ku cari dari khidupan ini.. apa yg ku harapkan dari indahnya dunia.. yg nyatanya dunia ini akn musnah.. Apa arti jiwa yg tiada guna ini hanya untk ksenangan sesaat.. Termenung diantara ksedihan, hanya ksakitan di hati menggeroti jiwa pnuh luka.. Oh,dunia buaianmu membuat hati ini lupa siapa penciptamu dan khdupanku. Wahai bumi sampaikan k'inginanku, janganlah kau telan jiwaku hingga aku membuat jiwa ini pnuh kbaikan. Sempitnya khdupan ini trasa luas krna aku lalai dlm kbesaran sang pencipta. Ya illahi.. diantara kuasa-Mu yg trlihat dlm pandangan dan rasa ini, ku senandungkan rindu kpda-Mu di stiap hembusan nafasku
merdeka
Merdeka..
Tlah berkumandang dinegara ini,
Ribuan bendera berkibar tuk peringati,
Tetesan darah para pahlawan berubah kemegahan bangsa indonesia…
Tlah berkumandang dinegara ini,
Ribuan bendera berkibar tuk peringati,
Tetesan darah para pahlawan berubah kemegahan bangsa indonesia…
Merdeka..
Sering terdengar oleh insan dibumi pertiwi,
Suara-suara dengan degub jantung nurani,
Namun terkotori oleh korupsi..
Sering terdengar oleh insan dibumi pertiwi,
Suara-suara dengan degub jantung nurani,
Namun terkotori oleh korupsi..
Merdeka..
Rakyat bebas dari belenggu penjajahan,
Tak ada jeritan dan tangisan,
Namun sekarang rakyat banyak yang tertidur dijembatan dan dijalanan…
Rakyat bebas dari belenggu penjajahan,
Tak ada jeritan dan tangisan,
Namun sekarang rakyat banyak yang tertidur dijembatan dan dijalanan…
Merdeka hanya dibibir saja..
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/11/merdeka.html#ixzz1f6MzDjnM
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
angin
terhembus angin sejuk di tengah gersangnya padang pasir itulah yg Q rasakan setiap mendengar suaramu dengan lembut kw bicara padaku memintaku nyanyikan sbuah lagu agar dimalam yg indah ini kw dapat tertidur dengan lelap Q serasa ditaman bunga yg indah dan tak mampu berkata apa apa saat kw memanggilku “CINTA” dan berikan sebuah ciuman dipipiku Q seakan tak ingin waktu berputar karena Q ingin slamanya seperti ini slalu berada di sampingmu menjadi sandaran saat kw lelah Q tak tau harus sampai kapan Q mampu menahan hasrat hati ini tuk ungkapkan perasaan ku yg slama ini ku tutupi darimu meski kita baru saling mengenal namun ku tak mampu bohongi hati ini yg telah jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihat senyum manismu
sunyi
sunyi…. tak ada yang tau kemana kau pergi hanya menyisakan gumpalan kepedihan merasuk dan menghancurkan nurani sepi……. tak ada lagi senyum yang merkah ketika mentari menyapa meluluhkan butiran-butran kegelisahan tapi…. aku masih disini menyaksikan smua yang terjadi hingga nyawa tak kemb
angan-angan
Sejauh mata memandang ,
Hanya kekosongan yang terlihat
Selama watu masih berputar ,
Hanya kehampaan yang tersimpan
Langkah masa depan ,
tertinggal angan yang memasung bayang-bayang
Semua terangkai di atas keputus asaan
Sepanjang nafas berhela ,
Mata tak akan terpejam
Mungkin …
Saat di mana mentari terlelap ,
Akan ada bayang kehidupan yang kan menghampiri
Bayangan impian yang membelenggu angan-angan
Yang kan merubah mimpi jadi kenyataan
pandangan pertama
terhembus angin sejuk di tengah gersangnya padang pasir itulah yg Q rasakan setiap mendengar suaramu dengan lembut kw bicara padaku memintaku nyanyikan sbuah lagu agar dimalam yg indah ini kw dapat tertidur dengan lelap Q serasa ditaman bunga yg indah dan tak mampu berkata apa apa saat kw memanggilku “CINTA” dan berikan sebuah ciuman dipipiku Q seakan tak ingin waktu berputar karena Q ingin slamanya seperti ini slalu berada di sampingmu menjadi sandaran saat kw lelah Q tak tau harus sampai kapan Q mampu menahan hasrat hati ini tuk ungkapkan perasaan ku yg slama ini ku tutupi darimu meski kita baru saling mengenal namun ku tak mampu bohongi hati ini yg telah jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihat senyum manism
kau bukan jodah ku
aqu yang selalu menunggu saat saat indah bersam mu .. kapan pun slaluu aqu menunggu .. tapii entah mengapaa kau tak menyadari bahwa hatyy aquu itu buat kamuu . memang indah saat membayangkan nya .. tpii ... serasaa pahit saat terjadii bahwa kenyataan nya kau tak memilih aku .. namun tak ada gunanya bila aku harus menyesal .. sebab .. memang mungkin kau belum jodoh ku
egois
cinta itu bahagia tapi menyakitkan , saat kita mencintai kita bahagia , saat kita cemburu kita terluka . cinta tak harus memiliki itu BOHONG semua orang ingin memiliki bahkan terkadang harus memiliki , melihat orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain kitapun ikut bahagia , smua itu BOHONG !! kita hanya berpura pura bahagia karna kita tak mampu age untk menahan sakit hati yang sangat perih . lebih baik diCINTAI daripada MENCINTAI itu KESALAHAN BESAR DAN HANYA DIUCAPKAN OLEH ORANG YANG BERHATI EGOIS !!
love
Qu pernah kehilanganmu.. Qu pernah tersaqiti olehmu.. Qu sadar qu bukan lah manusia yang sempurna.. Qu sadar qu bukan lah yang bisa dibanggakan.. Apa salah.. Apa dosa.. Bila qu ingin mencintai dan di cintai.. Kau yang dulu pergy.. Kau yang dulu mengkhianati.. Tapii kini kau t’lah datang kembali.. Dan kau t’lah meminta hati ku kembali.. Kini kau dan aq bersama kembali.. Menjalin kisah cinta yang dulu sirna.. Jaga hatiku.. Jaga cintaku.. Dan jaga diriku.. Karna qu tak ingiin merasakan pahitnya cinta dengan mu untuk yang kedua kalinya..
kelebihan wanita
kau begitu indah
seindah pelangi setelah hujan
kau begitu cantik
secantik rembulan di malam hari
kau juga begitu anggun..
mengalahkan putri dalam kerajaan cinta..
Kau begitu bergairah..
Penyemangat segala gundah..
wajah mu mangalih kan dunia setiap siapa yang melihan nya
seindah pelangi setelah hujan
kau begitu cantik
secantik rembulan di malam hari
kau juga begitu anggun..
mengalahkan putri dalam kerajaan cinta..
Kau begitu bergairah..
Penyemangat segala gundah..
wajah mu mangalih kan dunia setiap siapa yang melihan nya
bimbang
klo jha msih dha 1 kesempatan buat aku dari semua kata yg terucap
aku sayang kmu
klo ja sang wktu mengijinkan dari semua yg terlewati q ingn membuatmu bhgia
low jha sjuknya angin msih dpt ku rasakan drie semua ygada
kmu yg pling berarti wat ku
satu bintang yg ingn ku gapai yaitu memilikimu
meskipun ku tau ku tak dpt memilikimu
Kenapa Bimbang selalu datang terlambat..
disaan hati tak mampu menggapaimu..
bantu aku menemukan bintangku..
Dan Izinkan aku menjadi penjagamu..
Selamanya..
aku sayang kmu
klo ja sang wktu mengijinkan dari semua yg terlewati q ingn membuatmu bhgia
low jha sjuknya angin msih dpt ku rasakan drie semua ygada
kmu yg pling berarti wat ku
satu bintang yg ingn ku gapai yaitu memilikimu
meskipun ku tau ku tak dpt memilikimu
Kenapa Bimbang selalu datang terlambat..
disaan hati tak mampu menggapaimu..
bantu aku menemukan bintangku..
Dan Izinkan aku menjadi penjagamu..
Selamanya..
kecewa
Smuax tak bs Q percya,
Seolah rasa ini tak pernah ad,
Tiba2 datang, pergi pun gitu jua.
PikirQ entah mgkn rasa itu
benar2 ada
atau hanya terdorong keadaan semata … ???
Tidak skedar sejuta kriteria yg q pertanyakan,
karena Q ingin
bikin sejuta harapan dan
bukan khayalan,
Bersama bunga2 terjal seribu karang,
Merakit jiwa menata asa
di penghujung petang.
Ah …
Kini semuanya
Penuh dgn kesia-siaan,
Padahal Q hanya
ingin engkau yakinkan,
Pi biarlah …
Yang hendak pergi,
Pergilah sudah …
http://puisicinta.web.id/puisi-kecewa.htm
Seolah rasa ini tak pernah ad,
Tiba2 datang, pergi pun gitu jua.
PikirQ entah mgkn rasa itu
benar2 ada
atau hanya terdorong keadaan semata … ???
Tidak skedar sejuta kriteria yg q pertanyakan,
karena Q ingin
bikin sejuta harapan dan
bukan khayalan,
Bersama bunga2 terjal seribu karang,
Merakit jiwa menata asa
di penghujung petang.
Ah …
Kini semuanya
Penuh dgn kesia-siaan,
Padahal Q hanya
ingin engkau yakinkan,
Pi biarlah …
Yang hendak pergi,
Pergilah sudah …
http://puisicinta.web.id/puisi-kecewa.htm
ya allah
Seandainya telah engkau catatkan… Dia milikku tercipta buatku… Satukanlah hatinya dengan hatiku… Titipkanlah kebahagian antara kami…. agar kemesraan itu abadi… Dan ya Allah… ya tuhanku yang maha mengasihi… Seiringkanlah kami melayari hidup ini… Ketepian yang sejahtera dan abadi… Tetapi ya Allah… Seandainya telah engkau takdirkan…. dia bukan miliku… Bawalah ia jauh dari pandanganku…. Luputkanlah ia dari ingatanku… Dan peliharalah aku dari kekecewaan…. Serta ya Allah ya tuhanku yang maha mengerti…. Berikanlah aku kekuatan… Melontar bayangannya jauh ke dada langit… Hilang bersama senja nan merah.. agarku bisa bahagia… Walaupun tanpa bersama dengannya… Dan ya Allah yang tercinta… Gantillah yang telah hilang…. Tumbuhkanlah kembali yang telah patah… Walaupun tidak sama dengan dirinya… Ya Allah ya tuhanku… Pasrahkanlah aku dengan takdirmu… Sesungguhnya apa yang telah engkau takdirkan… Adalah yang terbaik buat ku…. kerana engkau maha mengetahui… Segala yang terbaik buat hamba Mu ini… Ya Allah… Cukuplah engkau sahaja yang menjadi pemeliharaku… Di dunia dan di akhirat… Dengarlah rintihan dari hamba Mu yang daif ini… Jangan engkau biarkan aku sendirian… Di dunia ini mahupun di akhirat… Menjuruskan aku kearah kemaksiatan dan kemungkaran… Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman… Supaya aku dan dia sama2 dapat membina Kesejahteraan hidup… Ke jalan yang Engkau redhai… dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh….
http://puisicinta.org/
penyesalan
Dulu aku sangat mencintaimu ..
Dulu aku sangat menyayangimu..
Tapii setelah kau tinggalkan ku..
Aku saangat membencimu ….
Seakan tak mau kenal lagi pada mu . . .
Dulu aku sangat menyayangimu..
Tapii setelah kau tinggalkan ku..
Aku saangat membencimu ….
Seakan tak mau kenal lagi pada mu . . .
Ah Cinta..
Seandainya dulu adalah waktu yang bisa kuulang..
Tak akan pernah kusakiti hatiku seperti sekarang..
Seandainya dulu adalah waktu yang bisa kuulang..
Tak akan pernah kusakiti hatiku seperti sekarang..
untuk pahlawan indonesia q
demi negeri
kau korbankan waktumu
demi bangsa
rela kau taruhkan nyawamu
maut menghadang didepan
kau bilang itu hiburan
nampak raut wajahmu
tak segelintir rasa takut
semangat membara dijiwamu
taklukkan mereka penghalang negeri
hari-harimu diwarnai
pembunuhan, pembantaian
dihiasi bunga-bunga api
mengalir sungai darah disekitarmu
bahkan tak jarang mata air darah itu
muncul dari tubuhmu
namun tak dapat
runtuhkan tebing semangat juangmu
bambu runcing yang setia menemanimu
kaki telanjang tak beralas
pakain dengan seribu wangi
basah dibadan kering dibadan
kini menghantarkan indonesia
kedalam istana kemerdekaan
kau korbankan waktumu
demi bangsa
rela kau taruhkan nyawamu
maut menghadang didepan
kau bilang itu hiburan
nampak raut wajahmu
tak segelintir rasa takut
semangat membara dijiwamu
taklukkan mereka penghalang negeri
hari-harimu diwarnai
pembunuhan, pembantaian
dihiasi bunga-bunga api
mengalir sungai darah disekitarmu
bahkan tak jarang mata air darah itu
muncul dari tubuhmu
namun tak dapat
runtuhkan tebing semangat juangmu
bambu runcing yang setia menemanimu
kaki telanjang tak beralas
pakain dengan seribu wangi
basah dibadan kering dibadan
kini menghantarkan indonesia
kedalam istana kemerdekaan
sahabat...
Seperti hari yang silih berganti.
Begitulah kehidupan kita di bumi ini, dimana pertemuan pasti ada perpisahan.Karena tak ada kehidupan yang abadi.Meskipun kita punya cinta yang tulus, semua akan memudar dan hilang oleh angin suatu waktu nanti. Aku, kau, dia dan yang lainnya, tak selamanya seperti ini.Bukankah ini semua ada masanya?Dan aku bersama kalian semoga bertemu di kehidupan lain.
Kita berteman bukan berarti selalu bersama.Kita sebuah pasangan kekasih bukan berarti selalu berpegangan tangan.
Tangisan yang tertinggal akan melepas kita yang akan menghadap kepada Tuhan.
Aku
aku ingin pergi ...
ke suatu tempata dimana hanya ada
aku dan orang-orang yang ku sayang'in .....
tak ada lagi kesedihan dan tak ada lagi duka
yang kulihat ....
butiran air mata yang jatuh dari pipi mu,
membuat ku tak berdaya, jatuh satu persatu ....
semua angang-angang ku mungkin kan jadi
sebuah kenyataa'an ...
membuat orang yg kusayang'i bahagia
selamaya .
Love U .....
ke suatu tempata dimana hanya ada
aku dan orang-orang yang ku sayang'in .....
tak ada lagi kesedihan dan tak ada lagi duka
yang kulihat ....
butiran air mata yang jatuh dari pipi mu,
membuat ku tak berdaya, jatuh satu persatu ....
semua angang-angang ku mungkin kan jadi
sebuah kenyataa'an ...
membuat orang yg kusayang'i bahagia
selamaya .
Love U .....
Langganan:
Postingan (Atom)